30 Juni 2021

author photo


Resensi Buku:

Judul                     : Pancasila Benteng Era Pandemi

Tebal                     : 150 halaman

Penulis                 : Harry Purwanto, Dkk

Penerbit              : Media Karya Surabaya

ISBN                      : 978-623-97270-6-2

Cetakan               : Pertama, Juni 2021

 



Secara umum, nilai-nilai Pancasila selalu kompatibel di segala situasi. Termasuk, di era pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Kebersamaan dan kerjasama untuk menghadapi wabah yang luar biasa merupakan sekelumit poin positif yang sejatinya berakar dari ideologi bangsa. Program pemerintah yang berazas kearifan lokal pun sebenarnya berangkat dari pondasi kepancasilaan. Sebagai contoh, program Pemerintah Kabupaten Lumajang “Ngeramut Tonggo” (halaman 2). Di mana saling asah, asih, dan asuh antar tetangga diimplementasikan.   

Bahkan, masing-masing sila bisa dikontekstualisasikan pada kehidupan di masa pandemi ini (halaman 8). Misalnya, sila pertama tentang ketuhanan, menunjukkan bahwa di masa sekarang ini kepasrahan dan keyakinan pada kekuasaan Tuhan memang menjadi kunci. Sila kedua tentang kemanusiaan menggambarkan bahwa elemen humanistik dan kepeduliaan pada sesama mesti terus diaplikasikan secara berkelanjutan.

Selanjutnya, sila tentang persatuan mencerminkan pentingnya kebersamaan antar eksponen masyarakat dengan masing-masing peran. Sementara sila tentang kerakyatan dapat dilihat dari pentingnya pemerintah mengambil kebijakan yang berorientasi pada rakyat. Sedangkan sila tentang keadilan sosial memberikan petuah soal kewajiban semua pihak untuk tidak zolim, egois, dan seenaknya sendiri di masa-masa sulit yang dibayangi eksistensi penyakit baru ini.

Buku ini merupakan kumpulan opini dari dosen Institut Agama Islam Syarifuddin Harry Purwanto dan para mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam di kampus tersebut. Yang dibahas tentu tidak hanya bagaimana nilai Pancasila hadir di kehidupan pada era Covid-19 ini. Lebih dari itu, ada pula sejumlah opini yang mendiskusikan tentang ancaman-ancaman terhadap keutuhan negeri. Namun, dengan memahami, menghayati, dan mengamalkan Pancasila, problem-problem tersebut bisa diatasi.

Jamak dipahami kalau sekarang adalah era media baru atau internet. Di mana banyak orang bisa menyampaikan pendapat maupun informasi tanpa menyebutkan identitas dan tak bertanggungjawab. Imbasnya, hoax merajalela, yang di masa Covid-19, berita palsu kerap memiliki korelasi dengan isu mengenai virus tersebut.  Hoax itu jelas mengganggu masyarakat. Meski demikian, dengan tekun mencari informasi yang terpercaya, dan tidak mudah merespon serta mendahulukan menyaring informasi, terpaan hoax bisa ditangani (halaman 43).

Bila dikorelasikan dengan disiplin ilmu dari para penulis buku ini, bidang yang paling banyak diangkat adalah media dan komunikasi. Oleh sebab itu, terdapat opini tentang motivasi agar tetap semangat belajar meskipun ada perubahan kebiasaan (halaman 109). Perubahan yang dimaksud tentu soal media interaksi serta komunikasi yang di masa lalu umumnya dengan bertatap muka, sedangkan saat ini biasanya dijalankan secara online.

Ada pula tentang perlunya membatasi diri, termasuk membatasi anak-anak, agar tidak terlalu banyak menggunakan gawai (halaman 123). Sebagaimana diketahui, pendidikan mulai tingkat dasar sampai tinggi, saat ini, lebih banyak memanfaatkan internet. Jangan sampai, kebiasaan menggunakan internet membuat para pelajar kecanduan. Apalagi sampai tenggelam dalam media sosial maupun game online.

Era pandemi tidak boleh membuat masyarakat terlena. Justru, mesti tetap aktif bergerak agar kesehatan terjaga. Juga tetap berkarya supaya intelektualitas serta bakat terasah. Tidak ada salahnya mencoba hal-hal yang baru agar semangat hidup tetap menyala karena hidup lebih variatif. (*)     


This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post