Resensi Buku:
Judul : Pancasila Benteng Era Pandemi
Tebal : 150 halaman
Penulis : Harry Purwanto, Dkk
Penerbit : Media Karya Surabaya
ISBN : 978-623-97270-6-2
Cetakan : Pertama, Juni 2021
Secara umum, nilai-nilai
Pancasila selalu kompatibel di segala situasi. Termasuk, di era pandemi Covid-19
seperti sekarang ini. Kebersamaan dan kerjasama untuk menghadapi wabah yang
luar biasa merupakan sekelumit poin positif yang sejatinya berakar dari
ideologi bangsa. Program pemerintah yang berazas kearifan lokal pun sebenarnya
berangkat dari pondasi kepancasilaan. Sebagai contoh, program Pemerintah
Kabupaten Lumajang “Ngeramut Tonggo” (halaman 2). Di mana saling asah, asih,
dan asuh antar tetangga diimplementasikan.
Bahkan,
masing-masing sila bisa dikontekstualisasikan pada kehidupan di masa pandemi
ini (halaman 8). Misalnya, sila pertama tentang ketuhanan, menunjukkan bahwa di
masa sekarang ini kepasrahan dan keyakinan pada kekuasaan Tuhan memang menjadi
kunci. Sila kedua tentang kemanusiaan menggambarkan bahwa elemen humanistik dan
kepeduliaan pada sesama mesti terus diaplikasikan secara berkelanjutan.
Selanjutnya,
sila tentang persatuan mencerminkan pentingnya kebersamaan antar eksponen
masyarakat dengan masing-masing peran. Sementara sila tentang kerakyatan dapat
dilihat dari pentingnya pemerintah mengambil kebijakan yang berorientasi pada
rakyat. Sedangkan sila tentang keadilan sosial memberikan petuah soal kewajiban
semua pihak untuk tidak zolim, egois, dan seenaknya sendiri di masa-masa sulit
yang dibayangi eksistensi penyakit baru ini.
Buku ini
merupakan kumpulan opini dari dosen Institut Agama Islam Syarifuddin Harry
Purwanto dan para mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam di kampus tersebut. Yang
dibahas tentu tidak hanya bagaimana nilai Pancasila hadir di kehidupan pada era
Covid-19 ini. Lebih dari itu, ada pula sejumlah opini yang mendiskusikan
tentang ancaman-ancaman terhadap keutuhan negeri. Namun, dengan memahami,
menghayati, dan mengamalkan Pancasila, problem-problem tersebut bisa diatasi.
Jamak dipahami
kalau sekarang adalah era media baru atau internet. Di mana banyak orang bisa
menyampaikan pendapat maupun informasi tanpa menyebutkan identitas dan tak
bertanggungjawab. Imbasnya, hoax merajalela, yang di masa Covid-19,
berita palsu kerap memiliki korelasi dengan isu mengenai virus tersebut. Hoax itu jelas mengganggu masyarakat.
Meski demikian, dengan tekun mencari informasi yang terpercaya, dan tidak mudah
merespon serta mendahulukan menyaring informasi, terpaan hoax bisa ditangani
(halaman 43).
Bila
dikorelasikan dengan disiplin ilmu dari para penulis buku ini, bidang yang
paling banyak diangkat adalah media dan komunikasi. Oleh sebab itu, terdapat
opini tentang motivasi agar tetap semangat belajar meskipun ada perubahan
kebiasaan (halaman 109). Perubahan yang dimaksud tentu soal media interaksi
serta komunikasi yang di masa lalu umumnya dengan bertatap muka, sedangkan saat
ini biasanya dijalankan secara online.
Ada pula
tentang perlunya membatasi diri, termasuk membatasi anak-anak, agar tidak
terlalu banyak menggunakan gawai (halaman 123). Sebagaimana diketahui, pendidikan
mulai tingkat dasar sampai tinggi, saat ini, lebih banyak memanfaatkan
internet. Jangan sampai, kebiasaan menggunakan internet membuat para pelajar
kecanduan. Apalagi sampai tenggelam dalam media sosial maupun game online.
Era pandemi
tidak boleh membuat masyarakat terlena. Justru, mesti tetap aktif bergerak agar
kesehatan terjaga. Juga tetap berkarya supaya intelektualitas serta bakat
terasah. Tidak ada salahnya mencoba hal-hal yang baru agar semangat hidup tetap
menyala karena hidup lebih variatif. (*)
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon